Al-Qur'an adalah benda mati yang butuh pembelaan
Membela agama Alloh, bisa disebut juga dengan istilah lain, yaitu jihad
fii sabiilillaah atau berjuang dengan kesungguhan hati baik lahir
maupun bathin untuk menegakkan agama Alloh dengan cara mensyiarkan
Al-Qur'an dan Al-Hadits dalam kondisi apapun, baik pada waktu kita
sedang merasa ringan, senang atau pun berat. Membela agama itu bisa
dengan menggunakan tenaga, harta-benda, lisan, ataupun pikiran.
Membela pakai tangan, dan atau tulisan
Membela Al-Qur'an dan Al-Hadits pakai tangan dengan cara memberi makna
dan keterangan Al-Qur'an dan Al-Hadits secara tertulis. Menulis
dalil-dalil atau do'a-do'a yang suatu saat nanti ketika kita atau teman
dan atau orang lain sedang membutuhkannya kita bisa mencarinya dengan
mudah, itu artinya kita telah membantunya untuk mengatasi satu masalah
yang dianggap oleh orang lain berat, mungkin bagi kita adalah ringan,
cuma dalil.. Padahal, orang lain sangat memerlukannya karena sedang
berkaitan dengan masalah hukum yang menyangkut dalil. Nah, pada saat
orang lain membutuhkan kita dan kita bisa membantunya maka itulah suatu
perbuatan yang terpuji dan manfa'at baginya.
Bahkan bisa juga dengan menulis sebuah atau beberapa buah karya tulis
tentang apa saja yang sekiranya dapat bermanfa'at bagi kita dan orang
lain yang membacanya. Terlebih-lebih karya tulis tersebut didasari
dengan referensi yang kuat berupa dalil-dalil dari Al-Qur'an dan
Al-Hadits. Masih banyak yang lain, membela agama dengan tangan atau
tulisan.
Membela pakai lisan
Berbicara yang jujur dalam hal agama selalu berdasarkan dalil dari
Al-Qur'an dan Al-Hadits yang sudah manqul. Berbicara politik yang benar
sesuai dengan peraturan pemerintah yang sah dan selalu berdasarkan
Pancasila dan UUD '45 beserta amandemennya. Berbicara masalah sosial
tidak menyinggung, tidak menghasut, tidak mengolok-olok golongan lain.
Sehingga pembicaraan kita itu jika diikuti oleh orang lain akan sampai
kepada tujuan yang diinginkan. Jika berbicara dengan orang yang lebih
tua dengan tutur bahasa yang santun, boso. Jika berbicara dengan
manusia biasa yang benar, jika berbicara dengan orang yang terhormat
dengan qoulan karima, perkataan yang mulia Ini juga merupakan suatu
pembelaan. Bahkan, diam pun termasuk suatu pembelaan. Artinya tahu
kapan saatnya harus berbicra, dan kapan pula saatnya harus diam. Bapak
(Al-Marhum) Imam KH. Nurhasan Al-Ubaidah pernah diam. Dengan diamnya,
maka Alloh Ta'alaa paring keselamatan kepada beliau dan jama'ah ini.
Orang diam bukan berarti bisu atau bodoh, tapi diam adalah emas dengan
pertimbangan jika diam itu adalah pilihan yang terbaik, ketimbang
banyak bicara tetapi tidak bermanfaat. Dalam upaya mendewasakan diri
kita, salah satu langkah awal yang harus kita pelajari adalah bagaimana
menjadi pribadi yang berkemampuan dalam menjaga juga memelihara lisan
dengan baik dan benar. Sebagaimana yang telah disarankan oleh
Rosuululloohi Shollalloohu ‘Alaihi Wasallam “berbicaralah yang baik
atau diam”. Di dalam Al-Qur’an, Surat An-Nahl, No. Surat: 16, Ayat:
125, Alloh berfirman:
Yang artinya: “Dan bantahlah mereka dengan cara yang baik”.
Di dalam Hadits Shohih Bukhori Juz 8 hal 13, Rosuululloohi Shollalloohu ‘Alaihi Wasallam, bersabda:
Yang artinya: “Dan barang siapa yang beriman dengan Alloh dan hari akhir maka hendaklah ia berkata yang baik atau supaya diam”.
Di dalam Hadits Shohih Bukhori dan Muslim, Rosuululloohi Shollalloohu ‘Alaihi Wasallam, bersabda:
Yang artinya: “Dan barang siapa yang beriman dengan Alloh dan hari
akhir maka hendaklah ia berkata yang baik atau supaya diam saja”.
Orang pintar adalah orang yang mengetahui kapan saatnya harus
berbicara. Bukan asal njeplak, angger mengo / mangap alias asbun (asal
bunyi). Ini artinya apa? Artinya, kita harus pandai memilih kapan kita
harus berbicara dan diam. Maka kita harus mengetahui terlebih dahulu
apa yang dikatakan B.I.C.A.R.A? Bicara, adalah kependekan dari B:
Berani, karena mempunyai ilmu pengetahuan yang cukup memadai. I:
Inovator, karena ingin perubahan yang lebih baik dan benar. C:
Cakrawala, karena mempunyai cakrawala pandang yang luas jauh kedepan.
A: Argumentasi, karena mempunyai argumen yang lebih dapat dipercaya dan
dipertanggungjawabkan keshohihannya. R: Realistis, karena mempunyai
bukti yang dapat diterima oleh akal sehat, fakta, aktual, autentik. A:
Agama, karena mempunyai kefahaman agama yang kuat sehingga tidak mudah
terpengaruh oleh isu-isu negatif bahkan berpengaruh positif.
Sesungguhnya diam itu sangat bermacam-macam penyebab dan dampaknya. Ada
yang dengan diam jadi emas, tapi ada juga yang dengan diam malah
menjadi masalah. Semua itu tergantung bagaimana niat, cara, situasi,
dan kondisi pada diri dan lingkungannya. Berikut ini bisa kita lihat
macam-macam diam;
1. Diam bodoh yaitu diam karena ia tidak mengetahui apa yang harus ia
bicarakan. Diam seperti ini karena kurangnya ilmu pengetahuan dan
ketidakmengertiannya, atau lemahnya pemahaman serta alasan
ketidakmampuan lainnya. Namun diam seperti ini akan lebih baik dan aman,
daripada memaksakan diri bicara sok tahu alias asbun (asal bunyi/asal
njeplak/angger mengo).
2. Diam malas, diam yang seperti ini buruk sekali, karena ia diam pada
sa’at orang lain sedang memerlukan pembicaraannya, ia enggan untuk
berbicara karena ia sedang merasa tidak mood, tidak berselera, lagi
malas.
3. Diam sombong, inipun sangat negatif karena ia menganggap orang lain yang mengajaknya berbicara tidak selevel, perlu, penting.
4. Diam berkhianat, ini sangat berbahaya karena ia sedang menyusun
siasat jahat untuk mencelakakan orang lain. Diam pada sa’at sedang
dibutuhkan kesaksiannya untuk menyelamatkan orang baik, benar adalah
diam keji.
5. Diam marah, diam yang seperti ini ada baiknya ada juga buruknya.
Baiknya adalah terjaga dari perkataan yang tidak santun yang akan
memperkeruh keadaan. Buruknya adalah ia berniat untuk menunjukkan
kemurkaan, kebencian, emosionalnya bukan untuk mencari solusi. Sehingga
dengan diam yang seperti itu kadang malah menambah masalah.
6. Diam utama (diam aktif), adalah diam hasil merenung dan berpikir
tentang sebab dan akibat apabila ia berbicara akan menimbulkan
kemudhorotan yang lebih besar ketimbang kemanfa’atannya. Rosuululloohi
Shollalloohu ‘Alaihi Wasallam memberikan tolok ukur tentang orang Islam
yang bagus. Di dalam Hadits Ibnu Majah Juz 2 hal 1316, dari Abi
Huroiroh, Rosuululloohi Shollalloohu ‘Alaihi Wasallam, bersabda:
Yang artinya: “Termasuk bagusnya Islam seseorang adalah dia meninggalkan apa yang tidak bermanfaat baginya”.
Keutamaan Diam Aktif adalah;
- Dapat menghemat kata-kata yang berpeluang menimbulkan masalah.
- Kemungkinan tipis tergelincir/keseleo lidah yang dapat menjadi dosa.
- Dapat mengokohkan hati tetap tidak riya’, sum’ah, ujub, takabur, congkak.
- Menjadi pendengar dan pemerhati yang baik sehingga setiap kali
menghadapi persoalan pemahamannya mendalam maka dalam pengambilan
keputusanpun jauh lebih bijak dan arif.
- Dapat menimbulkan kewibawaan tersendiri. Tanpa di sadari dari sikap
dan penampilan kita orang lain akan menjadi lebih segan untuk
mempermainkan atau meremehkan.
- Yang tidak kalah pentingnya adalah hatinya bercahaya terang sehingga
dapat memberikan ide dan gagasan yang cemerlang tampak dari ramah
wajahnya, cakap budi bahasanya, santun tutur katanya, sopan lagak dan
gayanya.
Diam aktif adalah bukan bisu akan tetapi upaya menahan diri dari; diam
dari perkataan dusta, sia-sia, keluh-kesah, pamer, ujub, berlebihan,
melaknat, menhujat, menyakitkan hati, sok tahu dan sok pintar, komentar
spontan dan cletukan alias nyeruwing atau saur manuk, dll.
Mudah-mudahan kita menjadi terbiasa berkata benar atau diam. Semoga
Allohu Subhaanahu Wa Ta’alaa ridho membimbing lisan kita mengucapkan
kalimat thoyyibah “Laa Ilaaha Illallooh(u)” saat ruh kita akan dijemput
ajal, sebagai puncak akhir perkataan yang akan menghantarkan kita
kesurga.
جَزَاكَ الله خَيْرًا
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Segala keritik dan saran akan menjadi satu kebaikan dimasa yg akan datang,dan itu sangat kami harapkan.
Blog Buatan, Bolo Dewe